Pagi yang cerah terbangun dari lelapnya tidur malam, menyambut fajar menyingsing di sejuknya embun pagi hari. Ku beranjak dari alas tempat bersandar nan usang menuju ke arah cahaya cermin. Ku tatap raut muka, berseri merona tampak terlihat menghiasi kilauan cermin yang bersandar di atas dinding kamar.
Ku bertapak melangkah ke luar rumah terlihat ayah sedang bersiap-siap mengayunkan sepeda tua, beranjak menuju keliling desa. Kulihat kobaran semangat di wajahnya untuk sekedar mencari sesuap nasi dan sekeping berlian demi kebahagiaan anak isteri tercinta. Semangat yang tak pernah sirna, ku masih teringat akan keluh kesah kondisi malam dimana ayah merasakan lelah yang luar biasa kala aku memijit punggungnya.
Sebuah perjuangan hidup yang tak kenal lelah, begitulah aku mengenal sosok ayah. Betapapun terjalnya jalan yang dilalui, entah itu kerikil tajam sampai guyuran hujan nan menghujam deras menghantam setiap langkahnya. Dia selalu tegar dan rela mengucurkan setiap keringat demi sebuah senyuman dan kebahagiaan seorang anak isteri tercinta. Sungguh aku cinta kau wahai ayah.
Hari-hari berganti, siang-malam berlalu, ku masih melihat tanggung jawab yang penuh komitmen luar biasa sebagai seorang kepala keluarga. Sampai-sampai kau tak pernah memperdulikan kondisimu sendiri yang sudah terlihat gontay nan lemah. Wajah yang mulai menunjukan masa-masa tua. Keriput tulang pipi, dan rambut putih menghias di atas mahkota kepala sampai langkahmu yang semakin gontay namun kau tetap bersemangat mengayuh sepeda tua.
Masih ingatkah engkau kapan terakhir kali kau membangkang ayahmu dengan ucapan-ucapan kasarmu?
Masih ingatkah engkau kapan terakhir kali kau membuat ayahmu sedih karena perbuatanmu yang kurang ajar?
Tegakah engkau akan seseorang yang telah mencintai dan menafkahi demi secercah senyuman darimu?
Ingatkah engkau akan kerasnya perjuangan hidup yang dia lakukan demi kebahagiaanmu dan keluargamu?
Pernahkah engkau berpikir suatu hari nanti ayah terbujur kaku terbungkus kain putih yang tidak lagi mendengar suaramu, mendengar kata-kata kasarmu?
Tak akan ada lagi kata "ayah, bapak, papah" dalam hidupmu?
Cintailah ayahmu selagi masih ada, peluk ciumlah ia. Buatlah wajahnya berseri merona. Katakan cinta yang tulus dari dalam hatimu, "ayah aku menyayangimu".
Karena aku mencintai ayahku. Bagaimana denganmu???
Ku bertapak melangkah ke luar rumah terlihat ayah sedang bersiap-siap mengayunkan sepeda tua, beranjak menuju keliling desa. Kulihat kobaran semangat di wajahnya untuk sekedar mencari sesuap nasi dan sekeping berlian demi kebahagiaan anak isteri tercinta. Semangat yang tak pernah sirna, ku masih teringat akan keluh kesah kondisi malam dimana ayah merasakan lelah yang luar biasa kala aku memijit punggungnya.
Sebuah perjuangan hidup yang tak kenal lelah, begitulah aku mengenal sosok ayah. Betapapun terjalnya jalan yang dilalui, entah itu kerikil tajam sampai guyuran hujan nan menghujam deras menghantam setiap langkahnya. Dia selalu tegar dan rela mengucurkan setiap keringat demi sebuah senyuman dan kebahagiaan seorang anak isteri tercinta. Sungguh aku cinta kau wahai ayah.
Hari-hari berganti, siang-malam berlalu, ku masih melihat tanggung jawab yang penuh komitmen luar biasa sebagai seorang kepala keluarga. Sampai-sampai kau tak pernah memperdulikan kondisimu sendiri yang sudah terlihat gontay nan lemah. Wajah yang mulai menunjukan masa-masa tua. Keriput tulang pipi, dan rambut putih menghias di atas mahkota kepala sampai langkahmu yang semakin gontay namun kau tetap bersemangat mengayuh sepeda tua.
Masih ingatkah engkau kapan terakhir kali kau membangkang ayahmu dengan ucapan-ucapan kasarmu?
Masih ingatkah engkau kapan terakhir kali kau membuat ayahmu sedih karena perbuatanmu yang kurang ajar?
Tegakah engkau akan seseorang yang telah mencintai dan menafkahi demi secercah senyuman darimu?
Ingatkah engkau akan kerasnya perjuangan hidup yang dia lakukan demi kebahagiaanmu dan keluargamu?
Pernahkah engkau berpikir suatu hari nanti ayah terbujur kaku terbungkus kain putih yang tidak lagi mendengar suaramu, mendengar kata-kata kasarmu?
Tak akan ada lagi kata "ayah, bapak, papah" dalam hidupmu?
Cintailah ayahmu selagi masih ada, peluk ciumlah ia. Buatlah wajahnya berseri merona. Katakan cinta yang tulus dari dalam hatimu, "ayah aku menyayangimu".
Karena aku mencintai ayahku. Bagaimana denganmu???
0 comments:
Post a Comment